Tuesday, January 29, 2019

Siapa Sebenarnya Nyi Endang Geulis itu?


   Mungkin dari kita semua yang berkunjung ke blog ini akan bertanya-tanya siapa itu Nyi Endang Geulis? Disini saya akan menjawab pertanyaan tersebut, Nyi Endang Geulis ini adalah anak dari Ki Gedeng Danuwarsih dan pada masa kecil bernama Endang Ayu. Endang Ayu menikah dengan Pangeran Walangsungsang atau biasa disebut Pangeran Cakrabuana yang berasal dari Pajajaran, Pernikahan mereka membuahkan seorang anak bernama Dewi Pakungwati. Setelah itu mereka semua mendirikan Petilasan yang terletak di beberapa tempat seperti, Petilasan Mbah Kuwu Sangkan atau Mbah Kuwu Cirebon yang terletak di Talun, Petilasan Nyi Endang Geulis di Krandon, dan terakhir Petilasan Dewi Pakungwati di Warujaya.

   Ibu Nyi Endang Geulis itu sendiri hingga saat ini dinyatakan belum meninggal beliau saat ini berada di alam lain atau dalam istilahnya bernama "Nganghiyang", Ibu Nyi Endang Geulis ini diangkat Allah untuk menjadi penolong para penganut Agama Islam di masa yang akan mendatang disaat para pengikutnya mengalami kesesatan Nyi Endang Geulis hadir untuk meluruskan semuanya agar kembali seperti semula. Banyak orang yang mengira kalau Nyi Endang Geulis ini sudah meninggal dan jasadnya dimakamkan di Petilasan ini tapi kenyataannya makam yang ada di Petilasan ini bukanlah makam dari Ibu Nyi Endang Geulis, melainkan makam dari anak cucunya dan sebagian barang peninggalan beliau dimasa yang lampau.

   Menurut penuturan sang juru kunci kalau petilasan ini bukanlah makam dari Ibu Nyi Endang Geulis melainkan hanya peninggalan jejak beliau yang telah sangat berjasa menyebarkan Agama Islam di pelosok wilayah Talun, sehingga dengan adanya petilasan ini diharapkan dapat menjadi teladan bagi anak cucu dari Ibu Nyi Endang Geulis dan bisa mengamalkan kebaikan-kebaikan beliau sehingga tak lekang oleh waktu. Jadi Kesimpulannya kalau Ibu Nyi Endang Geulis ini adalah merupakan salah satu dari sekian banyak penyebar Agama Islam di Pulau Jawa dan Indonesia sehingga peninggalan-peninggalan beliau dan para wali lainnya menjadi daya tarik bagi wisatawan baik dalam maupun luar negeri untuk berkunjung dan mengetahui sejarah perjuangan beliau-beliau semua agar bisa menjadi teladan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ibu Nyi Endang Geulis adalah sosok yang banyak membantu dalam hal kebaikan bagi para pengikutnya hingga sekarang ini, terbukti dengan bantuan yang beliau berikan ketika ada orang yang datang ke Petilasan ini dan mengharapkan mendapat sesuatu dengan bantuan Ibu Nyi Endang Geulis ini biasanya beliau datang dalam mimpi seseorang dan berkata kalau permintaan orang tersebut telah diterima olehnya lalu akan beliau sampaikan pada Allah SWT, sehingga tak sedikit dari orang-orang yang berkunjung akan mendapat apa yang dia inginkan tentunya dengan menjalankan ritual-ritual, puasa, dan tak ketinggalan sholat juga agar semuanya berjalan dengan lancar. Sekiranya hanya sekian yang dapat saya sampaikan semoga bisa menjawab pertanyaan para pembaca blog ini yang bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya Nyi Endang Geulis itu dan dimanakah beliau sekarang berada, kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Monday, January 28, 2019

Banyak peziarah yang memilih situs Nyi Endang Geulis


Pada hari itu kami mendatangi Situs Nyi Endang Geulis dan bertemu langsung dengan pengunjung di situs tersebut lalu kami bertanya kepada pengunjung atau peziarah yang sedang berziarah di Situs Nyi Endang Geulis mengapa memilih untuk berziarah di petilasan Nyi Endang Geulis sebagai tempat wisata atu tempat ziarah yang akan di kunjungi untuk berziarah. Dan saat pengunjung atau peziarah tersebut menjawab, mereka pun berbicara bahwa banyak wisata  untuk di kunjungi atau berziarah di daerah Cirebon atau di daerah talun ini tetapi kami tetap memilih Petilasan Nyi Endang Geulis ini, karena situs ini  menarik untuk di kunjungi. Dan petilasan Nyi Endang Geulis juga memiliki banyak sejarah dan juga ritual yang unik yang bisa kita ketahui, yaitu salah satunya adalah peziarah atau pengunjung tersebut mandi di balong (kolam) yang di percayai para peziarah mempunyai banyak manfaat untuk pengunjung yang datang di petilasan tersebut. Tempat wisata ini selalu ramai pengunjung atau ziarah di setiap harinya.
Petilasan Nyi Endang Geulis ini mempunyai banyak sejarah mulai dari bangunannya dan benda benda pusaka yang ada di petilasan Nyi Endang Geulis tersebut, dan Nyi Endang Geulis tiba di daerah Talun ini setelah beliau menikah dengan Pangeran Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan, mereka pun membabat hutan untuk mendirikan kampung atau tempat tinggal. Peninggalan beliau yang masih ada sampai saat ini yaitu  sumur dan balong (kolam), mereka pun membuat balong (kolam) dan sumur untuk dijadikan sebagai tempat berwudhu bagi para pengikutnya, pada saat itu mereka sudah beragama islam dan sudah memiliki pengikut.
Dan peziarah pun berbicara bahwa di Petilasan Nyi Endang Geulis ini udaranya sangat sejuk dan sangat tenang , karena di daerah sekitar petilasan ini masih banyak tumbuh tumbuhan seperti pohon besar yang lebat yang termasuk persis di belakang bangunan petilasan Nyi Endang Geulis, dan tepat di hutan tersebut terdapat hewan yaitu berupa monyet , yang konon hewan (monyet) tersebut adalah jelmaan dari santrinya Nyi Endang Geulis.
Walaupun tempat wisata Petilasan Nyi Endang Geulis ini agak tersembunyi di bandingkan tempat berziarahnya yang lain tetapi masih saja banyak peziarah yang datang untuk berziarah di tempat tersebut, peziarah terdekat menurut kuncen (juru kunci) yaitu dari daerah Kalimantan, Jambi, dan Riau , dan orang aceh pun datang ke petilasan ini karena ingin mengetahui tentang sejarah Cirebon, dan ingin menelusuri apakah benar petilasan Nyi Endang Geulis atau tempat ziarah di daerah Cirebon itu masih ada sampai saat ini. 
Menurut para peziarah dan pengunjung perjalan menuju petilasan Situs Nyi Endang Geulis ini lumayan jauh dari perkotaan namun bisa cepat di temukan karena warga di situ sangat antusias memberi tahu jalam kepada peziarah arah ke situs Nyi Endang Geulis untuk lebih cepat menemukannya dan lebih berhati hati lagi untuk para pengunjung yang akan berziarah ke Situs Nyi Endang Geulis tersebut. 

Tradisi yang terjadi di petilasan Nyi Endang Geulis


       Kuncen ( juru kunci ) dii situs Nyi Endang Geulis menceritakan kepada kami bahwa di situs Nyi Endang Geulis ini juga mempunyai tradisi tersendiri yaitu seperti mandi dibalong (kolam), Nguras balong (kolam), Angkat Batu, dan yang terakhir adalah Tirakat. Kebiasaan orang yang datang kesitus Nyi Endang Geulis tersebut adalah untuk meminta syariat islam, dan ada juga yang menginap (bersemedi) disitus tersebut untuk meminta kepada Allah dengan perantara lewat Nyi Endang Geulis yang di percayai sebagai wali Alllah agar keinginannya cepat tercapai dengan tanda datangnya mimpi berwujud seperti wanita cantik yang menyuruhnya agar segera cepat-cepat pulang, karena insya allah semuanya  akan ter ijabah.
      Yang pada saat itu kuncen (juru kunci) bercerita kepada kami yaitu tradisi yang pertama di situs Nyi Endang Geulis ini adalah mandi di balong (kolam),  para pengunjung yang datang kepetilasan tersebut biasanya mandi di balong (kolam) membasuh seluruh badan mereka karena konon di percayai para peziarah atau pengunjung akan mempercepat mendapatkan jodoh.
     yang kedua yaitu Nguras Balong (kolam), nguras balong (kolam) biasanya di  lakukan setiap tanggal 1 muharrom yang dilakukam oleh warga di sekitar petilasan tersebut, dan kegiatan tersebut dilakukan merupakan salah satu tradisi yang di percayai oleh masyarakat sekitar. Dan di percayai juga Bagi orang hamil dengan usia tujuh bulan jika mengambil air tersebut bisa memudahkan proses persalinannya. 
     Yang ketiga yaitu adalah Angkat Batu, angkat batu ini merupakan tradisi yang ada di balong biru tempatnya bukan di Situs Nyi Endang Geulis lagi, di balong biru terdapat sebuah ruangan tertutup yang di dalamnya tersimpan benda keramat berupa batu, yang konon katanya, barang siapa yang melakukan pengajian atau tawasulan di depan batu tersebut dan barang siapa yang bisa mengangkat batu tersebut sebanyak tiga kali maka orang tersebut akan mendapatkan karomah di hidupnya. Di balong Biru terdapat dua batu, yang pertama yaitu namanya batu tameng yang konon katanya dengan mengelilingi batu tameng tersebut selama tujuh kali seperti tawaf  di percayai  para peziarah untuk menenangkan hati dan ada juga batu yang konon katanya jika ada yang bisa mengangkat batu tersebut maka akan mendatangkan karamah bagi yang bisa mengangkat batu tersebut.
     Yang ke empat yaitu Tirakat, yang di maksud tirakat ini adalah Berdiam diri atau bermalam (bersemedi) di petilasan situs Nyi Endang Geulis tersebut, kuncen ( juru kunci ) mengatakan bahwa paling sedekitnya bermalam di situ yaitu tiga hari tiga malam dengan mengharapkan mendapatkan safaat dari Allah melalui perantara Nyi Endang Geulis yang di percaya sebagai wali Allah, ada juga yang datang ke situs tersebut bercerita bahhwa perjodohannya terganggu dengan hal yang aneh lalu peziarah meminta bantuan kepada kuncen di petilasan tersebut untuk melakukan wasilah dan hadorot yaitu memohon kepada allah dengan meminta bantuan mbah kuwu Cirebon untuk menjadikannya keluarga yang utuh dan sakinah mawadah warahmah.
     Dan ada pula pengunjung atau peziarah yang datang ke situs tersebut untuk melakukan doa dan tahlil yang bertujuan yang sama untuk mencari syafaat dan mecari ridho allah, dan ada pula yang mereka lakukan bermalam di situs tersebut dengan melakukan dzikir dan doa untuk mencari dan mendapatkan syafaatnya.
     

Silsilah Situs Nyi Endang Geulis


       Pada awalnya kami bertanya kepada kuncun ( juru kunci ) bagaimana silsilah yang terjadi di situs Nyi Endang Geulis ini  lalu kuncen tersebut menceritakan, bahwa di daerah Cirebon merupakan salah satu daerah sentral penyebar agama islam di Jawa Barat. Selama ini masyarakat indonesia hanya mengeal Syarif Hidayatullah atau biasa di kenal dengan sebutan nama Sunan Gunung Jati sebagai tokoh utama penyebar agama islam di Jawa Barat, salah satunya yaitu daerah Cirebon. Dan jika kita telusuri lebih lanjut dan secara  rinci , tokoh atau orang yang membuat pondasi atau yang pertama kali menyebarkan agama islam yaitu Mbah Kuwu Sangkan beliau lahir sekitar  abad ke-1423M yang lalu, Mbah Kuwu Sangkan merupakan suami dari Nyi Endang Geulis .
     Mbah Kuwu Sangkan adalah paman dari Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati ), Mbah Kuwu Sangkan mempunyai 5 nama yang berbeda yaitu yang pertama adalah Pangeran Cakrabuana, lalu Walang Sungsang, Haji Abdullah iman, Syekh Somadullah, dan Mbah Kuwu Sangkan  Cirebon itu sendiri .Mbah Kuwu Sangkan terlahir dari tiga bersaudara , yaitu Mbah Kuwu Sangkan , Raden KianSantang , dan Nyai Rarasantang dari pasangan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang . sebagai putra mahkota , Mbah Kuwu Sangkan mewarisi sifat kepemimpinan Ayah Handanya yaitu , Prabu Siliwangi. Hal ini terbukti atas pencapaiannya yang berhasil menduduki tahta Cirebon di bawah kerajaan pasundam.
     Lalu bagaimana Mbah Kuwu Sangkan bisa menikah dengan Nyi Endang Geulis, cerita ini diawali dari sang Danuwasi yang biasa di kenal dengan nama Ajar Sasmita yang sedang mengejar Walangsungsang, beliau mengganti namanya menjadi nama Samadullah dan di beri sebuah cincin yang bernama Ampal yang mempunyai kesaktian dapat di isi dengan macam-macam benda. Ketika mereka sedang asik mengobrol tiba-tiba datanglah Rarasantang yang tiba-tiba memeluk kakaknya . di gunung merapi, Pangeran Walangsungsang atau biasa di sebut namanya dengan nama Mbah Kuwu Sangkan menikah dengan anak dari Putri Danuwarsih yaitu yang bernama Nyi Endang Geulis. Sesuai dengan petunjuk dari Resi Danuwarsi, Samadullah dengan istrinya dan adiknya meninggalkan gunung merapi menuju bukit ciangkup, selanjutnya Nyi Endang Geulis dan Pangeran Rarasantang di masukan ke cincin Ampela.
     Mbah Kuwu sangkan mempunyai dua istri yaitu yang petama bernama Nyi Endang Geulis dan yang kedua adalah Nyai Ratna Lilis. Dan dari pernikahannya dengan Nyi Endang Geulis Mempunyai satu keturunan yaitu yang bernama Nyi Pakung Wati yang kelak menjadi pendamping Syekh Syarif Hidayatullah, Syekh Syarif Hidayatullah adalah putra dari Nyai Rarasantang. Adik dari Mbah Kuwu Sangkan, sedangkan pernikahannya dengan Nyai Ratna Lilis mempunyai seorang putra yang bernama Pangeran Abdurrokhman . ibunya Nyi Endang Geulis yaitu Endah Ayu setelah menikah dengan Mbah Kuwu Cirebon diganti namanya menjadi Nyi Putri Endang Geulis dan Mbah Kuwu Sangkan sesepuh Cirebon  wiring putra Sangyang Danuwaji. Kalau Mbah Kuwu Cirebon nya Putra Sangyang Prabu Siliwangi begitu beliau mempunyai wilayah kota Cirebon yaitu Mbah Kuwu Sangkan.

Peninggalan Situs Nyi Endang Geulis


Menurut kuncen ( juru kunci ) Nyi Endang Geulis tiba di daerah Talun ( Cirebon ) ini setelah beliau menikah dengan Pangeran Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan, setelah mereka tiba di daerah tersebut mereka langsung membabat hutan yang bertujuan  untuk mendirikan kampung atau tempat tinggal. Peninggalan Nyi Endang Geulis yang masih ada sampai saat ini yaitu  sumur dan balong (kolam), mereka pun membuat balong (kolam) dan sumur untuk dijadikan sebagai tempat berwudhu bagi para pengikutnya, dan pada saat itu mereka sudah beragama islam dan sudah memiliki pengikut.
Menurut kuncen ( juru kunci ) ada beberapa peninggalan yang berada di Situs Nyi Endang Geulis yaitu:
1. Petilasan Nyi Endang Geulis 
     Petilasan Nyi Endang Geulis ini di buat pada saat Nyi Endang Geulis sudah menikah dengan Pangeran Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan, dan pada saat setelah menikah mereka pun langsung bersinggah di Cirebon lebih tepatnya di daerah Krandon Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon, setelah mereka tiba di daerah talun mereka langsung membabat hutan dengan tujuan mendirikan kampung kampung dan tempat tinggal di sana, yang hingga sampai saat ini kampung tersebut terkenal dengan tempat ziarahnya yaitu petilasan Nyi Endang Geulis. 
2. Musholah 
     Di Situs Nyi Endang Geulis ini terdapat sebuah Musholah yang di dirikan sengaja oleh warga dan kuncen (juru kunci) untuk memfasilitasi situs Nyi Endang Geullis tersebut untuk di gunakan para peziarah atau pengunjung sebagai tempat beribadah. Bukan hanya musholah saja yang di bangun tetapi dengan fasilitas pendukung lainya seperti tempat wudlu yang dulu hanya terbuat dari bahan yang biasa tetapi kini telah di ubah menjadi kran yang bisa kita lihat sampai sekarang, hal ini merupakan salah satu usaha mereka untuk melayani peziarah atau pengunjung 
3. Balong ( kolam ) kemulyaan
     Tempatnya tepat di belakang petilasan terdapat pohon-pohon besar di hutan tersebut yang jarang di masuki oleh warga  dan tebing yang curam itu berkesan mistis. tepat di bawah tebing tersebut terdapat sebuah balong ( Kolam ) yang berukuran tidak terlalu luas dan balong ( kolam ) tersebut yang sering di jadikan tempat pemandian  para pengunjung karena di percayai balong ( kolam ) tersebut membawa berkah, Konon, balong ( kolam ) ini merupakan kolam asli saat Nyi Endang Geulis tinggal dikawasan ini bersama sang suami, Pangeran Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan .
4. Sumur Jaya
     Sumur Jaya ini bertempat persis di sebelah balong (kolam), sumur jaya ini berukuran lebih kecil di bandingkan dengan balong (kolam) kemulyaan tersebut. Disumur ini warga sekitar menggunakannya untuk nujuh bulanan wanita yang sedang mengandung dan untuk klancaran yang lainnya seperti kemajuan dan kesuksesan untuk mencari syariatnya.
5.  Batu
      Selain di SItus Nyi Endang Geulis juga ada peninggalan yang terdapat di Balong Biru, di Balong Biru terdapat dua batu, yaitu yang pertama adalah batu  tameng, yang konon di percayai para peziarah atau pengunjung di situs tersebut dengan mengelilingi batu tameng selama tujuh kali seperti tawaf  di percayai untuk menenangkan hati, dan ada pula batu yang konon kata kuncen (juru kunci) tersebut jika seseorang bisa mengangkat batu tersebut maka akan mendatangkan karamah bagi yang bisa mengangkat batu tersebut.

Petilasan Nyi Endang Geulis

 
      Petilasan Nyi Endang Geulis meupakan tempat bersinggahnya Nyi Endang Geulis bersama suaminya Pangeran Cakrabuana. Disana terdapat dua sumur dan satu balong. Jika kita menjumlah sumurnya akan terdapat tujuh sumur yaitu sumur jaya, sumur kemuliaan, sumur kejayaan, sumur jago, sumur tetes, sumur goa garba dan sumur rejeki. Dua sumur itu bernama sumur jaya dan sumur kemuliaan , sedangkan balongnya bernama balong nyi ending eulis. Sumur jaya mempunyai kegunaan yaitu untuk memberikan kejayaan bagi yang menggunakan air dari sumur tersebut. Sumur kemuliaan juga mempunyai kegunaan yaitu untuk memberikan kemuliaan bagi yang menggunakan airnya terebut. Sedangkan balong nyi endang geulis dulunya tempat mandi nyi ending geulis bersama suaminya. Disana juga terdapat hewan yang dianggap karomah yaitu monyet, alasan monyet disebut dengan hewan karomah karena monyet dipercayaan jelmaan dari para santri murid yang diajar oleh Syeh Nurjati.
      Di Petilasan Nyi Endang Geulis terdapat banyak bangunan seperti, musholla, ruangan tamu ruangan tertutup. Dan pada saat berkunjung ke Petilasan Nyi Endang Geulis kebetulan sedang banyak pengunjung atau penziarah yang datang. Mereka datang dengan tujuan masing-masing. Di Petilasan Nyi Endang Geulis juga terdapat pohon bamboo yang sangat banyak, sehingga pohon bamboo itu sering dijadikan temat bergelantungan dan tempat bermain monyet yang ada disana. Monyet disana akan turun dari tempat tinggalnya yang berada di atas di waktu-waktu tertentu. Sehingga tidak banyak orang yang beruntung jka ingin melihatnya. Dan jika ingin memanggil monyet itu, harus memberikan bunyi suara yang khas. Jika terdengar suara khas itu berbunyi, maka monyet-monyet itu akan turun berbondong-bondong dengan sendirinya.
      Namun disana, tidak ada yang menjual kacang. Jika ingin membeli kacang untuk memberi makan monyet disana, maka harus membelinya di warung yang letaknya cukup jauh dari petilasan tersebut. Akses jalan disana cukup tidak baik atau buruk, sehingga bagi pengunjung yang menggunakan motor atau mobil harus berhati-hati. Karena banyak lubang-lubang yang cukup dalam  dan bebatuan serta terdapat sungai-sungai kecil di sebelah kanan dan kirinya. Dan harus diketahui, untuk masuk ke Petilasan Nyi Endang Geulis itu harus masuk atau melewati gang yang kecil atau sempit. Yang hanya bisa dilewati oleh motor dan sepeda serta pejalan kaki.
      Jika ada pengunjung yang menggunakan mobil, maka tempat parker mobil tersebut di balong biru. Yang letaknya lumayan jauh ditempuh jika berjalan kaki. Balong Biru itu sendiri masih bagian dari peninggalan Nyi Endang Geulis, maka dari itu mereka masih berkaitan satu sama lain. Di Balong Biru pun terdapat peninggalan dari Nyi Endang yaitu, 3 balong, 3 sumur, dan 2 batu yang dianggap karomah oleh warga sekitar dan orang lain yang mempercayainya.
      Dari mulai Petilasan Nyi Endang Geulis, Balong Biru, dan Situs Mbah Kuwu Sangkan itu memiliki juru kunci nya masing-masing. Sehingga membuat pengunjung lebih paham untuk mengetahui sejarah dari tempat tersebut. Namun jarak dari Petilasan Nyi Endang Geulis ke Situs Mbah Kuwu Sangkan itu cukup jauh. Karena letak Petilasan Nyi Endang Geulis itu diatas, sedangkan Situs Mbah Kuwu Sangkan itu di bawah. Di Situs Mbah Kuwu Sangkan pun terdapat peninggalan yang berupa kolam, makam, dan sumur serta batu yang menyerupai wajah gajah. Sehingga banyak pengunjung yang ingin datang kesana.

Peninggalan Nyi Endang Geulis

     Situs nyi endang geulis mempunyai peninggalan dari mbah kuwu Cirebon dengan nyai ratu endang geulis, peninggalan itu ada 2 yaitu sumur dan balong. Sumur itu di namakan sumur jaya dan balong nya itu sendiri di nama kan balong kemulyaan. sumur jaya adalah sumur peninggalan nyi endang geulis yang bermaksud untuk mengijabahah suatu permintaan pada seorang tersebut bila mengambil atau meminta air yang ada di sumur, Sumur itu juga bisa di pake wudu saat akan melaksanakan solat atau hanya sekedar bercuci muka.
     Salah satu ciri khas dari situs nyi endang geulis sendiri adalah bunyi khas nya binatang yang terdengar begitu nyaring di telinga, karna tempat patilasan ini terdapat hutan lebat yang yang jarang di masuki olen warga. Hutan tersebut memiliki pohon yang begitu rindang dan tebing yang begitu curam dan terdapat sebuah kolam yang ukuranya tidak terlalu besar dan kola mini adalah kolam kemulyaan (balong), kolam ini adalah salah satu peninggalan nyi endang geulis yang sering di jadikan tempat pemandian warga setempat atau pengunjung yang berkunjung ke situs nyi endang geuls ini. Karna warga mempercayainya kola mini memiliki berkah.
     Dan salah satu peninggalan nyi endang geulis adalah sumur. Sumur ini sering di sebut sumur jaya, sumur ini di buat untuk di Jadikan tempat wudu bagi para warga atau pengunjung yang datang ke situs nyi endang geulis. Dua peninggalan itu adalah salah satu perantara kita kepada allah swt, selain kita bermalam di nyi endang geulis kita juga harus mandi di sumur jaya dan berwudu atau sekedar memcuci muka di balong kemulyaan. Dan kegunaan sumur dan balong ini sangat lah banyak diantara nya ada yang menjadikan air ini sebagai syareat untuk tujuh bulanan, pindahan rumah, bikin rumah, dan yang paling penting inti dari semua ini adalah untuk keselamatan, kelancaran, dan kesuksesan.
     Peninggalan situs ini pun sangat lah terjaga dengan baik dan bersih walaupun kemarau, sumur dan kola ini tidak pernah surut air nya. Dan di kelilingi banyak pepohonan, bukan cuman manusia saja yang mandi di balong kemulyaan ini tetapi hewaan pun bisa mandi di balong kemulyaan ini contoh nya saja monyet yang sering di jumpai sedang mandi di balong itu. Monyet itu adalah salah satu peliharaan di situs nyi endang geulis, monyet itu pun sering kali turun apabila ada orang yang sedang berkunjung ke nyi endang geulis dan membawa makanan.
     Petilasan ini ibarat rumah tinggal, di kawasan ini terdapat beberapa petilasan yang berkaitan satu sama lain. sejarah terbuat nya nyi endang geulis sendiri adalah setelah menikah kedua nya singgah di Cirebon talun dan membabad hutan untuk mendirikan kampung, dan sekarang lah di nama kan nyi endang geulis. Meski tempat ini belum seramai patilasan yang lain tetapi setiap hari nya ada saja yang datang ke patilasan ini. Warga atau pengunjung yang datang ke sini kebanyakan mempunyai itujuan tersebut, dan ingin mengalap berkah, namun tetap saja hasilnya kita kembalikan kepada allah swt. Posisi kolam ini sangat lah terbuka jadi jika ada hujan datang kolam itu akan terkena guyuran hujan. Tetapi kolam itu di kelilingi oleh penghalang seperti tembok. Sering kali kolam atau sumur sering terkena dedaunan jatuh.

Manfaat Sumur Kejayaan dan Keindahannya

     Memasuki wilayah Desa Krandon, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon wilayah sejuk yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kuningan ini memanjakan siapa pun yang melihatnya, sawah hijau dan sungai yang mengalir ditambah matahari yang tidak begitu cerah menyajikan pemandangan yang memesonakan.
     Di desa ini terdapat tiga tempat petilasan Pangeran Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan sang pendiri Cirebon, yaitu Balong Biru, Nyi Endang Geulis, dan Cimandung. Memasuki petilasan Cimandung tak kalah sejuknya, sebab di sini terdapat bebagai jenis pohon besar yang berusia puluhan tahun, bahkan ada yang telah berusia di atas 100 tahun. Kita akan disambut oleh sebuah patung harimau putih, sebuah simbol dari Prabu Siliwangi, yang merupakan ayahanda dari Pangeran Walangsungsang.
     Sebagai daerah yang merupakan lokasi penyebaran dakwah Islam oleh Sunan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon tidak akan pernah kehabisan obyek wisata religi. Keunggulan di petilasan ini adalah ketiadaan pengemis, dan bagi Anda yang berkunjung jika ikhlas bisa memberikan uang secukupnya kepada anak-anak yang biasa berkumpul di sini, namun mereka tidak pernah meminta. Sebagai obyek wisata religi, di tempat ini banyak ditemui sumur yang dinilai bisa memberikan banyak manfaat. Tidak ada salahnya Anda yang tertarik dengan sejarah pendirian Cirebon berbincang dengan juru kunci, Kadari Mangkubumi.
     Di sini ada tujuh sumur yang masing-masing memberikan manfaat tanpa mengenyampingkan niat atas Allah SWT. Kita semua percaya jika rencana semuanya ada di tangan Allah Swt, namun sebagai manusia kan kita harus berusaha. Kadari tidak menampik jika banyak dari pengunjung memang menginginkan adanya tujuan tertentu. Di sini selain Sumur Kahuripan ada juga Sumur Pancuran Mas, Balong Penganten, Sumur Nyi Mas Pakungwati, Sumur Kemuliaan, juga Sumur Jago, masing-masing warga yang ingin datang ke sini bisa mengambil air sekaligus mandi di sini. Warga yang datang pun tidak lepas ingin menimba ilmu-ilmu dari Pangeran Walangsungsang alias Mbah Kuwu Sangkan sebagai pendiri Cirebon.
     Sumur Kahuripan banyak diburu karena memang dulu Pangeran Walangsungsang dan sang istri Nyi Mas Endang Geulis sering mengambil air wudhu di sumur tersebut. Ingin merasakan apa yang dirasakan oleh pendirinya Cirebon.
     PengeranWalangsungsang sendiri datang ke wilayah ini sekitar 700 tahun yang lalu bersama sang istri, Nyi Mas Endang Geulis, setelah dari Tasikmalaya yang merupakan tempat tinggal sang istri. Di lokasi inilah Pangeran Walangsungsang tinggal selama bertahun-tahun yang kemudian turut menyebarkan agama Islam dan kemudian mendirikan Cirebon setelah sebelumnya bernama Caruban Nagari. Dalam kompleks ini terdapat Gunung Cangak, Balai Pasujudan juga ada Perahu Kencana, semuanya masih asli peninggalan dari Mbah Kuwu Sangkan.
     Ada saat-saat tertentu di mana pengunjung begitu membludak, yaitu saat Maulidan atau malam Jumat Kliwon. Kadari tidak tahu persis berapa luas dari petilasan ini, namun areal parkir yang tidak begitu luas ini tidak bisa menampung kendaraan pengunjung karena saking banyaknya.
     Akses jalan menuju wilayah ini tidak begitu lancar, sebab jalan masih belum bagus dan terdapat banyak lubang. Bagi siapa pun yang ingin datang ke petilasan Cimandung ini, akses masuk sebetulnya cukup gampang meski wilayah Desa Krandon agak tersembunyi. Desa ini berada persis dekat dengan Desa Cirebon Girang, dan bisa diakses melalui petilasan di Desa Cirebon Girang tersebut. Dan pihak petilasan tidak menentukan tarif untuk masuk area ini, Anda cukup memberikan ala kadarnya saja.

Bangunan dan Tradisi di Situs Nyi Endang Geulis

   
Bangunan di situs peninggalan ini terdiri dari :
     Masjid Nyi Endang Geulis . Awal mula di buat masjid karena memang Warga dan juru kunci di sana berinisiatif mendirikan Masjid, untuk memfasilitasi yang ada di dalam Situs Nyi Endang dan di buatkan seperti tempat wudhu yang dulu terbatas, sekarang sudah di buatkan kran untuk wudhu, hal ini termasuk salah satu usaha untuk melayani atau memfasilitasi peziarah atau wisatawan dari hasil para donatur. Karena, memang Situs Nyi Endang ini sendiri belum tersentuh atau belum terjamah oleh Pemerintahan Kabupaten Cirebon sendiri.

     Untuk itu para warga dan Juru kunci disana berinisiatif mendirikan fasilitas fasilitas tersebut untuk para peziarah dan wisatawan yang datang ke sana.  Masjid yang biasa digunakan pengunjung dan warga sekitar untuk beribadah dan menginap untuk berdzikir meminta agar dimudahkan segala urusannya.
     SaungNyi Endang Geulis terdapat juga sebuah saung di petilasan ini yang biasa digunakan untuk beristirahat para tamu, dan tempat berkumpulnya para pengunjung atau wisatawan. Sebagai rasa penghormatan kepada leluhur, proses unjung Nyi Mas Enang Geulis sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. proses unjungan selalu dilaksanakan setiap tanggal 17 Maulid 1438 Hijriyah.
     Menurut Ketua Panitia Pelaksanan, Wastija masyarakat Desa Danawinangun selalu menyambut tradisi Unjung Nyi Mas Endang Geylis dengan mengikuti rangkaian kegiatan yang diawali dengan berdoa bersama di Situs Nyi Mas Endang Geulis.
“Dalam sejarahnya sudah ada di cerita perkembangan tanah Cirebon. Beliau (Nyi Mas Endang Geulis, red) merupakan istri dari Pangeran Walngsungang (Mba Kuwu Cirebon). Beliau kemudian berusaha melakukan totor alas, yang diartikan dalam bahasa Cirebon “gawe jasa” untuk anak cucunya .
     Menurut ceritanya, kata dia pada jaman dahulu Nyi Endang Geulis membuat ampo yang bahannya terbuat dari tanah dan membangun Mushala (Masjid) di tegalan, sekarang kampung tersebut diberi nama kampong Tegalan.
     Warga di Desa Danawinangun, selalu menghormati jasa peninggalan leluhur, masyarakat Tegalan dan Danawinangun setiap bulan Maulid, tepatnya tanggal 17 Maulid 1438 Hiriyah selalu mengadakan ngunjung Buyut.
     Saat ini, rangkaian acaranya lebih mengikuti perkembangan zaman. Selain tetap menjunjung tradisi yang tetap harus dilaksanakan yakni melestarikan benda peninggalan dengan tradisi diarak kelililng Desa Danawinangun, hingga pukul menjelang Subuh.
     Benda  pusaka peninggalan yakni tombak dan payung, dilangsungkan berdoa bersama diarak keliling desa, kegiatan itu merupakan acara yang rutin dilaksanakan setiap tahun di bulan Maulud.
“Alhamdulilah acara ini berjalan dengan baik dan lancar, karena masyarakat sini pada umumnya sudah rutin melaksankannya adat istiadatnya,” ujar Wastija.
     Tradisi rangkaian kegiatan, sejak dilaksanakan doa bersama dan dilangsungkan mengarak benda pusaka peninggalan leluhurnya, diikuti ribuan warga sambil mengumandangkan sholawatan bersama.
Setelah itu dilakukan pencucian pusaka tersebut di balong Nyi Endang Geulis. Kegiatan itu seing dilakukan dalam jangka waktu setahun sekali. Selain di arak, di sholawatin dan di cuci, pusaka itu pun dibacakan doa-doa tertentu. Karena mereka percaya jika di dalam pusaka tersebut terdapat roh leluhur yang menjaganya. Pusaka itu dicuci juga bertujuan supaya pusakanya bersih. Dan tradisi itu dilakukan, karena pengunjung dan warga setempat percaya jika pusaka tersebut akan memiliki kekuatan yang lebih dari sebelumnya. Atau bisa dikatakan, pusaka itu akan menjadi lebih sakti. Dan mereka mempercayai hal tersebut.

Balong Biru


     Menelusuri jejak Pangeran Walangsungsang (Mbah Kuwu Cirebon) ternyata bukan hanya di Gunung Jati saja. Selama ini, Kecamatan Gunung Jati menjadi salah satu tempat syiar Mbah Kuwu Cirebon dalam menyebarkan agama Islam.
     Namun siapa sangka, sebelum  datang ke wilayah yang saat ini menjadi terkenal dengan daerah Gunung Jati, ada satu tempat yang pernah menjadi tempat ‘berguru’ Sang Pangeran, yaitu Gunung Cangak di Desa Krandon, Kecamatan Talun.
     Mbah Kuwu Cirebon sendiri merupakan anak dari Raja Pasundan, Prabu Siliwangi, paman dari Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, karena ibu dari Sunan Gunung Jati yaitu Nyi Mas Rara Santang adalah adik dari Mbah Kuwu Cirebon.Gunung Cangak berlokasi di belakang sebuah lokasi cagar budaya Balong Biru
     Mbah Kuwu Cirebon pernah ke sini dan beliau berguru kepada Pangeran Sangiang Bango selama sebulan. Kemudian setelah berguru selama sebulan, beliau mendapatkan petunjuk ke Gunung Jati yang akhirnya menyiarkan agama Islam di sana. Mbah Kuwu Cirebon juga sering mandi di Balong Biru. Batu-batunya sebagian besar masih asli, ada semacam pintu masuk yang berundak menuju balong ini. Balong Biru sendiri diapit oleh dua buah kolam yang ukurannya lebih kecil. Airnya jernih, seakan kita bisa melihat binatang sekecil apapun di dalamnya.
     Lalu di komplek Balong Biru ada juga tiga buah sumur, masing-masing diberi nama Gua Garbah, Sumur Rezeki, dan Sumur Tetes.Kalau air dari tiga sumur ini dikatakan bisa mengobati penyakit, semuanya atas izin Allah. Situs Balong Biru di Desa Kerandon, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Warnanya yang tampak hijau dan tidak sesuai namanya yang biru, memiliki arti jangan keliru. Letaknya yang jauh dari keramain, membuat situs ini tampak sejuk. Ditambah rindangnya pepohonan hijau, menjadikan tempat bersejarah ini semakin tenang.

     Situs Balong Biru memiliki luas 32 meter persegi dan memiliki sembilan sudut yang konon dipercaya sebagai Wali Songo. Kedalamannya sekitar satu meter dan tidak pernah surut.

Balong Biru berdiri sekitar abad ke-14 masehi yang merupakan bekas pemandian Raden Wang Sungsang atau Mbah Kuwu Sangkan, Nyi Mas Rarasantang, Nyi Endang Gelis, dan Sultan Matangaji. Mereka merupakan tokoh yang berperan dalam sejarah pendirian Cirebon. Situs tersebut berdiri saat zaman batu, sehingga dipenuhi banyak bebatuan.Di bagian belakang balong ini, membentuk lafadz Allah. Kalau yang sampingnya ada sembilan sudut, melambangkan Wali Songo. Kalau dilihat dari utara juga seperti Semar, pewayangan golek Cirebon.

     Lafadz Allah tersebut,memiliki arti wujud balong itu satu. Sedangkan nama lain Balong Biru yaitu Balong Cimandung dan Balong Para Wali. Meski letaknya yang jauh dari keramaian, situs tersebut kerap dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara, semisal Oman, Kanada dan Singapura.

     Mereka biasanya ke balong biru untuk mandi. Balong ini khasiatnya dipercaya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Konon, dulu yang mandi di sini tuh orang darah biru, sehingga namanya Balong Biru. Di samping balong itu, ada beberapa ruangan berwarna pink yang biasa dipakai untuk para para peziarah. Di dekat bangunan tersebut, ada dua balong sebagai sumber mata air. Balong tersebut berwarna biru.
   
     Balong itu dipercaya untuk mendatangkan rezeki dan bisa menghilangkan penyakit. Kedalamannya sekitar setengah meter dan tidak pernah berkurang maupun bertambah. Untuk masuk ke Situs Balong Biru itu tidak dipungut karcis masuk. Pengunjung dapat seikhlasnya memberikan sodakoh di sana. Setiap harinya, Situs Balong Biru biasa dikunjungi sekitar 10 hingga 15 orang. Situs ini juga sudah tercatat di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).

Sunday, January 27, 2019

BALONG ATAU KOLAM









Terletak didesa Krandon, untuk menuju desa ini kita harus melewati banyak pematang sawah. Dekat dengan perbatasan Kuningan lokasi ini cukup sejuk. Peninggalan Nyi Endang Geulis selain sumur dan batu ada juga balong atau kolam. Di Situs Nyi Endang Geulis sendiri ada satu balong yang dinamakan dengan Balong Kemulyaan. Sedangkan di Balong Biru, letak dari Balong Biru yaitu diapit oleh dua buah balong yang kecil.


Balong Kemulyaan letaknya dekat dengan Sumur Kemulyaan dan Sumur Jaya. Balong Kemulyaan adalah tempat mandinya Nyi Endang Geulis yang sekarang juga tempat mandinya para warga yang berkunjung ketempat Situs Nyi Endang Geulis. Orang-orang tersebut menyakini bahwa dengan mandi di Situs Nyi Endang Geulis maka permintaannya diijabah atau dikabulkan dikarenakan Nyi Endang Geulis itu sendiri wali Allah atau kekasih Allah. Selain untuk mandi dibalong tersebut secara langsung para pengunjung juga terkadang membawa air tersebut untuk dibawa pulang.


Balong Biru ini sudah ada sejak abad ke empat belas. Letaknya yang dekat dengan gunung cangak tepatnya dibelakang cagar budaya Balong Biru itu sendiri. Balong Biru ini biasa dijadikan sebagai tempat pemandian. Memasuki Balong Biru yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang ini, kita akan disambut langsung oleh rasa sejuk,nyaman. Yang membuat Balong ini sejuk adalah banyaknya pohon- pohon yang sudah berusia ratusan tahun yang tumbuh persis disekitar Balong Biru. Dari banyaknya pohon yang ada, ada salah satu pohon yang bernama pohon andul yang batangnya menjorok ke balong biru. Buah dari pohon andul biasanya banyak yang mengambil untuk dijadikan obat campuran penghalau nyamuk. Saking rapatnya pohon usia ratusan tahun cahaya matahari memantulkan sinarnya ke arah balong seadanya karena hanya mampu menyinari dari celah pohon. Hal ini membuat pencahayaan di Balong Biru sangat bagus, dan membuat air yang ada di balong memantulkan air warna biru jernih.


Mbah Kuwu Cirebon pernah ke Balong Biru untuk berguru di Gunung Cangak, beliau berguru kepada Pangeran Sangiang Bango selama sebulan. Kemudian setelah berguru selama sebulan, beliau mendapatkan petunjuk ke Gunung Jati untuk menyebarkan ajaran islam. Mbah Kuwu Cirebon pernah mandi di Balong Biru. Mbah Kuwu Cirebon sendiri merupakan paman dari Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati karena ibu dari Sunan Gunung Jati merupakan adik dari Mbah Kuwu Sangkan yaitu Nyi Mas Rara Santang.


Balong Biru ini menyuguhkan pemandangan alam yang eksotis, sehingga tidak heran jika Balong Biru dimasukkan kedalam cagar budaya,. Airnya yang tenang dan dalam, sebab kedalamannya hanya sebatas dada orang dewasa. Airnya yang cukup jernih membuat orang ingin berenang didalamnya. Yang unik Balong Biru ini jika dilihat dari arah selatan maka akan terlihat seperti lafadz Allah, tetapi jika dilihat dari arah timur maka akan terlihat seperti tokoh pewayangan yaitu semar.


Balong Biru sendiri diapit oleh dua buah kolam yang ukurannya kecil. Lalu dikompleks Balong Biru ada tiga buah sumur, yaitu sumur gua garba, sumur tetes, dan sumur rezeki yang masing- masing dari sumur tersebut mempunyai makna tersendiri.


Sejak awal Balong Biru ini diciptakan sebagai tempat pemandian. Batu- batuannya sebagian besar masih asli, ada semacam pintu masuk yang berundak untuk mencapai Balong Biru.


PENINGGALAN BATU dan TRADISI DI SITUS NYI ENDANG GEULIS



Karena berdiri pada abad sekitar 14 banyak peninggalan yang berupa batu yang mempunyai makna sendiri. Juga tradisi-tradisi yang terjadi di Situs Nyi Endang Geulis.
Disamping Petilasan Nyi Endang Geulis tepatnya dibelakang tempat sumur kejayaan terdapat batu yaitu batu yang dipercayai sebagai tempat para leluhur shalat dan tempat untuk shalat sendiri dengan harapan agar mendapatkan safaat dari Allah SWT. Serta terdapat sekumpulan batu yang dipercayai sebagai tempat para leluhur atau Nyi Endang Geulis, Mbah Kuwu Sangkan dan lainnya jika sedang mendiskusikan sesuatu yang disebut sebagai Batu Rapat.
          Di Balong Biru juga terdapat peninggalan batu berupa Batu Tameng dan Batu Karomah. Batu Karomah adalah batu yang diangkat dan bagi siapa yang dapat mengankat batu itu akan mendapatkan karamah. Batu Tameng adalah batu yang kita harus mengelilinginya sebanyak tujuh kali seperti pada saat kita melaksanakan tawaf  bermakna.
          Terdapat banyak tradisi di Situs Nyi Endang Geulis yaitu tirakat, nguras balong, mandi di balong, ngangkat batu. Tirakat adalah Berdiam diri di Situs Nyi Endang Geulis, dengan mengharapkan dapat mendapatkan safaat dari Allah melalui perantara Nyi Endang Geulis yang dipercaya sebagai wali Allah.
Nguras balong Nguras Balong dilakukan setiap tanggal 1 muharrom,kegiatan itu dilakukan merupakan tradisi yang dipercaya oleh masyarakat. Bagi orang yang hamil dengan usia tujuh bulan dengan mengambil air dibalong tersebut dipercaya memudahkan proses melahirkan. Mandi dibalong dipercaya dapat mempercepat mendapatkan jodoh.
Dibalong Biru terdapat dua batu, yang satu batu namanya batu tameng dengan mengelilingi batu tameng selama tujuh kali seperti tawaf  dipercayai untuk menenangkan hati dan ada batu yang jika ada yang bisa mengangkat batu tersebut maka akan mendatangkan karamah bagi yang bisa mengangkat batu tersebut. Petilasan Nyi Endang Geulis sering mengadakan adat dengan para warga yang disebut sebagai Sedekah Bumi.
Mencari wasilah dengan memohon kepada Allah dengan meminta bantuan kepada Mbah Kuwu Cirebon dan istrinya Nyi Endang Geulis untuk disampaikan kepada Allah karena Nyi Endang Geulis adalah wali Allah. Dengan datangnya mimpi setelah melakukan wasilah berarti itu jawaban dari sariatnya.
Menjalankan dzikir dan puasa supaya keinginan cepat terkabul dengan datangnya karamah yaitu datangnya mimpi jika akan didatangkan perempuan secantik seperti sinden  dengan bilang nok kalau perempuan dan cung untuk laki-laki dengan menyuruh untuk segera pulang . berarti setelah mimpi itu kita harus cepat pulang ke rumah karena mimpi yang singkat dan pada itu menjelaskan bahwa urusan itu sudah menjadi urusan yang sedang mimpi karena keinginannya udah terkabul.
Semua itu bentuk dari ikhtiar kita untuk mencapai suatu keinginan baik itu dari pendidikan, jodoh, pekerjaan, jabatan, bahkan rezeki.  Melalui wali Allah yaitu Nyi Endang Geulis dan Pangeran Cakrabuana agar disampaikan kepada Allah dan supaya cepat dikabulkan. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dikabulkan atau tidaknya dikembalikan lagi kepada Allah karena hanya Allah yang tahu yang terbaik untuk kita.
          Situs Nyi Endang geulis sendiri lebih mengutamakan tradisi kuno yang dilakukan mengutamakan syafaat dari Allah melalui Nyi Endang Geulis dan Mbah kuwu sangkang, tapi kita sebagai manusia jangan terlalu percaya akan hal-hal seperti itu karena wali Allahpun hanya Manusia biasa yang diberikan sesuatu kemampuan dari kadarnya manusia.

MANFAAT DARI TUJUH SUMUR NYI ENDANG GEULIS



Nyi Endang Geulis memiliki tujuh sumur yang memiliki banyak manfaat disetiap sumurnya masing-masing memberikan manfaat tanpa menyampingkan niat atas Allah SWT. Sumur-sumur tersebut letaknya terpisah. Disititus Nyi Endang Geulis sendiri terdapat dua sumur yaitu sumur kemulyaan dan sumur jaya. Disamping Situs Nyi Endang Geulis sendiri mempunyai satu sumur yang bernama sumur kejayaan. Dibalong biru terdapat tiga sumur yang sumur rezeki, sumur tetes, sumur gua garba. Di Mbah Kuwu terdapat satu sumur yang bernama sumur Jago. Disetiap sumur mempunyai makna sendiri.
Walaupun sumur-sumur ini sering diambil airnya oleh warga tetapi sumur-sumur ini tidak pernah habis airnya bahkan pada saat sedang musim kemarau namun jika seseorang yang datang kesana memiliki niat yang buruk maka air sumur tersebut akan menjadi keruh dan berbau anyir.
Sumur Kemulyaan yaitu sumur yang terletak di Petilasan Nyi Endang Geulis  yang berguna untuk siapa yang bersungguh-sungguh menjalani makna dari beberapa sumur maka Insya Allah orang tersebut akan diangkat derajatnya. Dan selain sumur Kemulyaan di Situs Nyi Endang Geulis juga terdapat sumur Jaya yaitu dengan mencuci muka sebanyak tiga kali dari sumur itu dengan harapan agar dapat mendapat keberuntungan.
Selain di Situs Nyi Endang Geulis juga ada sumur tepatnya disamping Petilasan Nyi Endang Geulis yaitu Sumur Kejayaan. Disumur Kejayaan tidak sembarang orang bisa masuk kedalam ruangan yang terdapat sumur tersebut karena harus melakukan semacam ritual yaitu seperti menyebut nama diri sendiri, orang tua, juga keinginan yang diinginkan. Disumur Kejayaan bermakna barang siapa yang berusaha selalu menjauhkan diri dari maksiat kepada Allah berarti orang tersebut jaya, karena ia ditolong oleh Allah sehingga ia mampu mengalahkan hawa nafsunya.
Di Balong Biru juga terdapat tiga sumur yaitu sumur gua garba, smur tetes, sumur rezeki. Sumur Gua Garba bermakna buat pengobatan gua artinya kita. Sumur tetes bermakna supaya kita punya rezeki itu mengalir terus menerus. Sumur rezeki bermakna kita mempunyai rezeki itu ada hak-hak  yang lain seperti unutuk anak yatim piatu, orang jompo. Selain sumur juga ada balong dyang mengapit dua kolam lainnya yang ukurannya kecil.
Dan yang terakhir adalah Sumur Jago yang terletak di Petilasan Mbah Kuwu Sangkan yang mempunyai makna untuk kemenangan dalam suatu pertandingan atau lomba. Sumur Jago adalah salah satu sumur peninggalan Mbah Kuwu Sangkan atau Pangeran Cakrabuana. Asal muasal disebut sebagai sumur jago dikarenakan disumur tersebut tempat Mbah Kuwu Sangkan memandikan ayam jagonya.
Ada tujuh sumur dalam satu tempat yaitu terletak di Astana  Gunung Jati yaitu, sumur kejayaan, sumur tigangpati, sumur jalatunda, sumur kemulyaan, sumur jati, sumur kesepuhan, sumur kanoman. Ketujuh sumur tersebut sama- sama memiliki makna tersendiri.
Para warga yang datang baik itu di petilasan Nyi Endang Geulis,  Balong  Biru, atau Mbah Kuwu Sangkan pasti mengambil air baik untuk mandi, cuci muka atau airnya di usap ke wajah, bahkan ada yang dibawa pulang. Itu mempunyai tujuan atau keinginan sebagai salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut atau maka niscaya mereka diberikan barokah dan dijauhkan dari malapetaka yang akan menimpa mereka dikemudian hari, meskipun begitu dikabulkan atau tidaknya keinginan kita dikembalikan lagi kepada Allah SWT.


SEJARAH SITUS NYI ENDANG GEULIS



Situs Nyi Endang Geulis berdiri pada tahun 1442M.  Terletak di desa Krandon, kecamatan Talun, kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Situs Nyi Endang Geulis diibaatkan sebagai tempat tinggal antar Nyi Endang Geulis dengan Pangeran Cakrabuana diksebaban kawasan Talun terdapat beberapa petilasan yang berkaitan satu sama lain. Petilasan Nyi Endang Geulis ini sendiri salah satu dari tiga petilasan yang ada didesa Krandon. Petilasan Nyi Enndang Geulis letaknya paling tersembunyi dibandingkan Petilasan Cimandung dan Petilasan Kramat Mbah Kuwu Cirebon. Kramat Mbah Kuwu Cirebon diibaratkan sebagai kantor, sedangkan Petilasan Cimandung diibaratkan sebagai tempat pusaka.
 Nama asli Nyi Endang Geulis adalah Nyi Mas Endang Ayu. Kakeknya bernama Ki Gendeng Danusenta. Orang tuanya bernama Ki Gedeng Danusarwi dan Nyai Arum Sari. Pamannya bernama Ki Gedheng Danusela. Nyi Endang Geulis menikah dengan Walangsungsang atau Sri mangana (Pangeran Cakrabuana).
Petilasan Nyi Enadng Geulis memang tidak seramai Petilasan Cimandung namun, Petilasan ini diibaratkan sebagai seorang istri yang ada pada diri Nyi Endang Geulis yaitu tenang, setia, dan keberadaannya dibutuhkan.
Petilasan ini mempunyai beberapa bangunan seperti masjid dan saung. Masjid Yaitu sebagai tempat ibadah untuk orang yang berkunjung diSItus Nyai Endang Geulis. Dan sebagai tempat untuk melakukan tirakat. Serta saung yaitu sebagai penerima tamu atau pengunjung di Situs Nyi Endang Geulis. Masjid ini dibangun pada saat membuat Petilasan Nyi Endang Geulis nama masjid itu sendiri dinamakan oleh juru kunci yaitu Masjid Nyi Endang Geulis. Petilasan Situs Nyi Endang Geulis mempunyai hewan keramat yaitu monyet sebagai hewan yang dipercayai jelmaan para santri yang menjaga petilasan tersebut.
Terdapat banyak tradisi di Situs Nyi Endang Geulis yaitu tirakat, nguras balong, mandi di balong, ngangkat batu. Tirakat adalah Berdiam diri di Situs Nyi Endang Geulis, dengan mengharapkan dapat mendapatkan safaat dari Allah melalui perantara Nyi Endang Geulis yang dipercaya sebagai wali Allah. Nguras balong Nguras Balong dilakukan setiap tanggal 1 muharrom,kegiatan itu dilakukan merupakan tradisi yang dipercaya oleh masyarakat. Bagi orang yang hamil dengan usia tujuh bulan dengan mengambil air dibalong tersebut dipercaya memudahkan proses melahirkan. Mandi dibalong dipercaya dapat mempercepat mendapatkan jodoh. Dibalong Biru terdapat dua batu, yang satu batu namanya batu tameng dengan mengelilingi batu tameng selama tujuh kali seperti tawaf  dipercayai untuk menenangkan hati dan ada batu yang jika ada yang bisa mengangkat batu tersebut maka akan mendatangkan karamah bagi yang bisa mengangkat batu tersebut. Petilasan Nyi Endang Geulis sering mengadakan adat dengan para warga yang disebut sebagai Sedekah Bumi.
Makam yang terdapat disitus Nyi Endang Geulis adalah makam dari keluarga kuncen yang mengaku masih memiliki hubungan dengan Nyi Endang Geulis. Nyi Endang Geulis sendiri tidak meninggal melainkan “ngambyang” atau hilang makam yang disebut sebagai makam Nyi Endang Geulis isinya yaitu berupa peninggalan bisa tongkat, peci, bakyak apunya Mbah Kuwu Cirebon itu juga disebut bukan makam tapi petilasan tetapi bentuknya seperti makam.
Kebiasaan orang yang datang kesitus Nyi Endang Geulis adalah untuk meminta syariat islam, ada juga yang menginap disitus tersebut untuk meminta kepada Allah dengan perantara lewat Nyi Endang Geulis yang dipercayai sebagai wali Alllah agar keinginannya cepat tercapai dengan tanda datangnya mimpi menyuruhnya cepat-cepat pulang.