Monday, January 28, 2019

Bangunan dan Tradisi di Situs Nyi Endang Geulis

   
Bangunan di situs peninggalan ini terdiri dari :
     Masjid Nyi Endang Geulis . Awal mula di buat masjid karena memang Warga dan juru kunci di sana berinisiatif mendirikan Masjid, untuk memfasilitasi yang ada di dalam Situs Nyi Endang dan di buatkan seperti tempat wudhu yang dulu terbatas, sekarang sudah di buatkan kran untuk wudhu, hal ini termasuk salah satu usaha untuk melayani atau memfasilitasi peziarah atau wisatawan dari hasil para donatur. Karena, memang Situs Nyi Endang ini sendiri belum tersentuh atau belum terjamah oleh Pemerintahan Kabupaten Cirebon sendiri.

     Untuk itu para warga dan Juru kunci disana berinisiatif mendirikan fasilitas fasilitas tersebut untuk para peziarah dan wisatawan yang datang ke sana.  Masjid yang biasa digunakan pengunjung dan warga sekitar untuk beribadah dan menginap untuk berdzikir meminta agar dimudahkan segala urusannya.
     SaungNyi Endang Geulis terdapat juga sebuah saung di petilasan ini yang biasa digunakan untuk beristirahat para tamu, dan tempat berkumpulnya para pengunjung atau wisatawan. Sebagai rasa penghormatan kepada leluhur, proses unjung Nyi Mas Enang Geulis sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. proses unjungan selalu dilaksanakan setiap tanggal 17 Maulid 1438 Hijriyah.
     Menurut Ketua Panitia Pelaksanan, Wastija masyarakat Desa Danawinangun selalu menyambut tradisi Unjung Nyi Mas Endang Geylis dengan mengikuti rangkaian kegiatan yang diawali dengan berdoa bersama di Situs Nyi Mas Endang Geulis.
“Dalam sejarahnya sudah ada di cerita perkembangan tanah Cirebon. Beliau (Nyi Mas Endang Geulis, red) merupakan istri dari Pangeran Walngsungang (Mba Kuwu Cirebon). Beliau kemudian berusaha melakukan totor alas, yang diartikan dalam bahasa Cirebon “gawe jasa” untuk anak cucunya .
     Menurut ceritanya, kata dia pada jaman dahulu Nyi Endang Geulis membuat ampo yang bahannya terbuat dari tanah dan membangun Mushala (Masjid) di tegalan, sekarang kampung tersebut diberi nama kampong Tegalan.
     Warga di Desa Danawinangun, selalu menghormati jasa peninggalan leluhur, masyarakat Tegalan dan Danawinangun setiap bulan Maulid, tepatnya tanggal 17 Maulid 1438 Hiriyah selalu mengadakan ngunjung Buyut.
     Saat ini, rangkaian acaranya lebih mengikuti perkembangan zaman. Selain tetap menjunjung tradisi yang tetap harus dilaksanakan yakni melestarikan benda peninggalan dengan tradisi diarak kelililng Desa Danawinangun, hingga pukul menjelang Subuh.
     Benda  pusaka peninggalan yakni tombak dan payung, dilangsungkan berdoa bersama diarak keliling desa, kegiatan itu merupakan acara yang rutin dilaksanakan setiap tahun di bulan Maulud.
“Alhamdulilah acara ini berjalan dengan baik dan lancar, karena masyarakat sini pada umumnya sudah rutin melaksankannya adat istiadatnya,” ujar Wastija.
     Tradisi rangkaian kegiatan, sejak dilaksanakan doa bersama dan dilangsungkan mengarak benda pusaka peninggalan leluhurnya, diikuti ribuan warga sambil mengumandangkan sholawatan bersama.
Setelah itu dilakukan pencucian pusaka tersebut di balong Nyi Endang Geulis. Kegiatan itu seing dilakukan dalam jangka waktu setahun sekali. Selain di arak, di sholawatin dan di cuci, pusaka itu pun dibacakan doa-doa tertentu. Karena mereka percaya jika di dalam pusaka tersebut terdapat roh leluhur yang menjaganya. Pusaka itu dicuci juga bertujuan supaya pusakanya bersih. Dan tradisi itu dilakukan, karena pengunjung dan warga setempat percaya jika pusaka tersebut akan memiliki kekuatan yang lebih dari sebelumnya. Atau bisa dikatakan, pusaka itu akan menjadi lebih sakti. Dan mereka mempercayai hal tersebut.

No comments:

Post a Comment